Paska Brexit kalau keadaan market dan data-data ekonomi Inggris lemah maka seharusnya BOE segera melakukan langkah yang lebih konkrit setelah pertemuan tanggal 14 Juli mendatang. Jika mengikuti role model The Fed, ECB dan BOJ, rasanya BOE tidak akan langsung meluncurkan program stimulus pelonggaran kuantitatif (quantitative easing). Biasanya didahului dengan langkah-langkah mengurangi suku bunga atau paling tidak dilakukan bersamaan, guna mengangkat kembali tingkat perekonomian. Ingat materi Analaisa Fundamental yang pernah saya bahas dalam training belajar Forex Gold trading mengenai siklus ekonomi, hubungan penurunan suku bunga, QE dan krisis ekonomi, dll. Akan tetapi jika pemerintah Inggris dan BOE bahu membahu berusaha tetap menjaga trend politik dan ekonomi yang positif, maka Inggris mungkin akan bisa terbebas dari resesi pada awal tahun 2017 mendatang.
Di lain soal apakah Inggris masih akan tetap bertahan atau meninggalkan Uni Eropa masih belum terjawab meski hasil referendum sudah jelas. Paska Brexit langkah Inggris keluar dari Uni Eropa belum diikuti upaya pemerintah Inggris untuk memulai proses Pasal 50 dari pakta Lisbon. Dalam Pakta Lisbon Pasal 50 yang merupakan konstitusi Uni Eropa, disebutkan bahwa keluarnya suatu negara dari blok tersebut harus dilakukan dengan segera. Paska Brexit Perdana Menteri David Cameron sampai saat ini masih kecil kemungkinan mengambil keputusan krusial tersebut dan berpotensi meninggalkan tugas deklarasi pasal 50 tersebut pada penggantinya kelak. Sebelum hal itu terjadi sebenarnya masih ada ruang bernegosiasi apakah Inggris jadi meninggalkan Uni Eropa.
Perkembangan paska Brexit lain pada Minggu lalu muncul sebuah petisi yang mendesak diadakannya referendum kedua yang telah ditandatangani oleh 3,3 juta orang. Selain itu tantangan paling keras juga muncul dari Skotlandia. Di tempat itu pendukung Inggris untuk tetap bertahan di Uni Eropa mencapai 62 persen dalam referendum. Jauh berbeda dengan Inggris yang 54 persen penduduknya memilih keluar.
Persoalan paska Brexit menjadi tambah rumit jika mengingat aturan devolusi terhadap negara-negara yang tergabung dalam Britania Raya dimana London harus mendapat persetujuan dari Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara sebelum memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa. Pemimpin Skotlandia mengancam akan memveto hasil referendum.
Perkembangan paska Brexit lain adalah terdapat permohonan resmi saat ini yang berargumen terhadap referendum yang perlu diulang karena pemilih pada referendum 23 Juni lalu tidak memenuhi kuorum 75%. Padahal suara yang mendukung Brexit beberapa waktu lalu kurang dari 60% sehingga berarti majelis parlemen Inggris berkewajiban untuk melakukan sidang atas petisi tersebut. Dengan demikian memungkinkan terjadi penundaan proses pemisahan atas pasal 50 Pakta Lisbon.
Namun demikian sebagian besar politisi Inggris sepakat bahwa perpisahan dengan Uni Eropa harus terjadi mengingat hasil referendum menyatakan demikian. Keputusan yang berlawanan akan dianggap sebagai tamparan bagi demokrasi. Alhasil perkembangan-perkembangan paska Brexit yang cukup dinamis tersebut juga menjadi pemicu koreksi dan reversal minor pada sejumlah market. Namun kemungkinan hanya bersifat sementara. Terlepas dari beberapa perkembangan yang muncul paska Brexit, ketidakpastian politik dan ekonomi juga masih akan terus membebani aktivitas pasar keuangan. Demikian perkembangan yang ada paska Brexit.